Sejarah, Prinsip dan Pembaruan Renaissance


Lukisan Legendaris Monalisa yang dilukis Tokoh Rennaisance Leonardo Da Vinci.

(Sumber Google) 


Renaissance merupakan era setelah abad pertengahan di mana masa ini dikenal dengan titik balik bersinarnya kembali budaya eropa barat, yakni kebudayaan klasik Yunani dan Romawi, sebelum abad pertengahan. Secara etimologis, renaissance berasal dari bahasa latin, renaiture yang berarti “hidup kembali” atau “lahir kembali”. Renaissance yang lahir kisaran abad 16 ini adalah manifestasi hasil perjuangan dari bangsa eropa yang ingin bebas dari tatanan dark age atau masa kegelapan di abad pertengahan. Kala itu, Eropa didominasi oleh kekuasaan gereja yang mengatur semua aspek kehidupan masyarakat dengan dogma-dogma religius, salah satunya adalah membatasi kebebasan berpikir dan berdialektika secara rasional yang merupakan peninggalan kultur klasik Yunani.

Kelahiran Renaissance bermula di Italia yang mengalami revolusi yang signifikan sebagai respon akan kekuasaan gereja yang otoriter dan kontras dengan pengembangan ilmu pengetahuan ala yunani klasik. Dengan begitu, era reborn ini (dalam bahasa Inggris) dikenal juga sebagai momen bersejarah akan konfrontasi yang begitu sengit antara ilmu pengetahuan dan otoritas gereja. Revolusi kultur mitologis ke era saintifik di masa renaissance dirintis oleh para pemikir-pemikir kritis di abad pertengahan yang mampu menyajikan hasil penelitian empiris dan fundamental dengan metode induktif di mana hal ini sangat kontras dengan dogma gereja kala itu.    

Salah satu momen historis yang membuka jalan mencuatnya eksistensi renaissance adalah perang suci yang dimenangkan oleh tentara muslim atas tentara salib. Akibatnya, tidak sedikit seniman dan cendekiawan pindah dari wilayah Romawi Timur ke kawasan Romawi Barat.  Di sinilah, budaya yunani kuno kembali dihidupkan, yakni dengan meninggalkan pola pikir yang fanatik pada tatanan Kristiani Eropa abad pertengahan dan hal-hal yang bersifat mistis lainnya.

Karakter-karakter khas Renaissance sendiri, adalah paham dan prinsip-prinsip hidup yang digenggam erat oleh masyarakat barat modern hari ini. Pertama, prinsip humanisme, dalam konsep ini manusia lebih memprioritaskan siklus manusia yang real sewaktu hidup dibanding dengan meyakini dogma tentang kehidupan manusia setelah kematian; Kedua,  individualisme merupakan prinsip yang pegang oleh masyarakat renaissance yang berkembang dengan menitikberatkan optimisme dalam potensi akan dirinya sendiri, dengan demikian negara diharapkan berperan sebagai instrumen pokok yang dapat memaksimalkan transformasi diri individu sesuai figur yang dicita-citakan oleh negara dan individu tersebut. Ketiga adalah lahirnya rasionalisme (melihat realitas hanya dengan mengandalkan akal) dan empirisme (meyakini realitas diperoleh melalui proses penelitian secara empiris). Tentu saja, kedua pola pikir ini memiliki karakter yang bebas dan resistant dengan belenggu dogma-dogma mitologis agama di era renaissance.

       Berdasarkan karakter-karakter di atas, tidak sedikit pemikir besar dan seniman besar yang dihasilkan oleh renaissance. Dalam list seniman, ada nama Leonardo da Vinci, Michael Angelo, El Greco, Titian dan beberapa tokoh seniman besar lainnya. Di jajaran literatur dan filsafat, kita mengenal William Shakespeare,  Migual de Cervantes, Thomas More sebagai figur yang lahir di era renaissance. Kemudian, nama-nama penemu besar renaissance di sektor sains dan teknologi di antaranya adalah Nicolas Copernicus dan Galileo Galilei (astronomi), Isaac Newton (fisika), Leonardo da Vinci (anatomi dan invensi) dan Antonie Van Leeuwenhoek (mikroskop).
          
           Dengan demikian, era renaissance menjadi titik balik atau kembalinya kejayaan eropa barat dalam segala aspek kehidupan. Dengan menjadikan rasionalisme dan empirisme sebagai instrumen untuk menemukan realitas, Eropa Barat hari ini telah berevolusi dengan kemajuan yang signifikan, bahkan pola ini sangat berpengaruh pada peradaban global dalam sejarah modern. Inilah yang menjadi alasan besar, kenapa hingga hari ini tidak sedikit banyak konsep pendidikan barat masih menjadi acuan global setiap negara dalam proses pengembangan sumber daya manusia (SDM) ataupun sumber daya alam (SDA).(*)

Daftar Referensi
Soedarsono, R. M. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta: Balai Pustaka
Suhelmi, Ahmad. 2001. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama


No comments:

Powered by Blogger.